Sifat Acuh Kepribadian Merusak
06 Desember 2024
Sifat acuh, tak acuh-seringkali dianggap sebagai sikap yang tidak berbahaya. Namun, ketika ketidakpedulian ini tumbuh dan menjadi kebiasaan yang konsisten, hal itu dapat berujung pada gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian ini dikenal sebagai schizoid personality disorder (SPD) menjadikan Sifat Acuh Kepribadian Merusak. Orang dengan SPD cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan tidak menunjukkan emosi yang kuat terhadap orang lain. Sikap ini tidak hanya memengaruhi hubungan sosial, tetapi juga dapat memicu isolasi yang berkepanjangan dan depresi.
Menurut penelitian dari DSM-5, gangguan kepribadian schizoid (sifat acuh) seringkali tidak disadari karena individu yang mengalami tidak merasa terganggu oleh kondisi mereka. Mereka jarang mencari bantuan medis kecuali tekanan dari lingkungan sosial meningkat. Ketidakpedulian mereka terhadap orang lain berpotensi merusak hubungan keluarga, pekerjaan, dan kehidupan sosial secara keseluruhan. Ini sejalan dengan temuan Cohen (2014), yang menyatakan bahwa orang dengan sifat acuh sering kali lebih berisiko mengalami kesulitan dalam kehidupan profesional dan pribadi mereka, menjadikan ketidakpedulian menjadi gangguan kepribadian yang buruk.
Baca Juga : Kepribadian, Emosi dan, Kesehatan Mental
Dua faktor utama yang sering terkait dengan sifat acuh tak acuh adalah rendahnya empati dan keterasingan emosional. Rendahnya empati membuat individu tersebut sulit merasakan apa yang orang lain rasakan, sementara keterasingan emosional mencegah mereka membangun hubungan yang intim atau mendalam. Penelitian dari Siegel (2016) mengungkapkan bahwa ketidakmampuan untuk merespons secara emosional pada orang lain dapat mengarah pada masalah interpersonal yang serius.Psikolog evolusioner menjelaskan bahwa empati berperan penting dalam menjaga kohesi sosial, sehingga para ahli menganggap ketiadaan empati sebagai gangguan dalam fungsi sosial manusia.(Sifat Acuh Kepribadian Merusak).
Big Five teori Sifat Acuh
Lebih lanjut, teori kepribadian Big Five mengkategorikan sifat acuh sebagai rendahnya dimensi “agreeableness” atau keterbukaan terhadap orang lain. Orang dengan skor rendah pada “agreeableness” sering menunjukkan ketidakpedulian, bersikap sinis, dan menghindari tanggung jawab sosial. McCrae dan Costa (2008) menemukan bahwa individu dengan skor rendah pada dimensi ini berpotensi mengembangkan gangguan kepribadian jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat. (Sifat Acuh Kepribadian Merusak)
Penelitian ilmiah dari Flett et al. (2020) menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, sikap acuh tak acuh dapat memperparah stres sosial dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Individu yang acuh cenderung tidak memiliki sistem pendukung sosial yang kuat, karena orang di sekitar mereka mungkin merasa diabaikan dan kurang dihargai. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran mengenai sifat acuh ini, karena dampaknya dapat merusak kehidupan individu secara keseluruhan.
Jurnal acuan:
- Cohen, A. (2014). Schizoid Personality Disorder and the Risks of Social Isolation. Journal of Mental Health, 23(2), 140-148.
- Siegel, D. (2016). Empathy and Emotional Isolation: Impacts on Social Interaction. Psychological Review, 112(4), 290-303.
- Flett, G. L., et al. (2020). The Role of Social Isolation in Mental Health Disorders. Clinical Psychology Review, 76, 101816.
Tag:
Kategori: